“Syekh Sayyid Zaini Dahlan adalah murid Syekh Ahmad Dasuki. Beliau (Syekh Ahmad Dasuki) memiliki murid, yaitu Syekh Imam Nawawi, dan Syekh Imam Nawawi memiliki murid KH Hasyim Asy’ari. Syekh Ahmad Zaini Dahlan pernah menyampaikan bahwa ketika seorang wali atau kekasih Allah atau orang saleh meninggal dunia, maka ruhnya akan selalu berhubungan dengan murid-muridnya. Dengan hubungan tersebut, murid-muridnya terus mendapatkan cahaya dan anugerah.
Malam ini, Haul Masyayekh Lirboyo menjadi wujud alaqah ruhani dengan guru-guru kita dan para masyayekh Pondok Pesantren Lirboyo. Insyaallah, acara haul ini akan menjadi media agar kita mendapatkan cahaya, anugerah, dan tentunya doa dari para masyayekh,” tutur Gus Reza, sapaan akrab Dr. KH. Reza Ahmad Zahid, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, saat mengawali ceramah di hadapan ribuan pengunjung di Lapangan Desa Rengaspendawa, Kecamatan Larangan.
“Para wali Allah, meskipun sudah wafat, tetap merasakan dan mengetahui apa yang terjadi sekarang. Mereka merasakan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dihadiahkan, dan mereka tahu apa yang terjadi. Dalam ayat Al-Qur’an disebutkan: ‘Janganlah kalian mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Sesungguhnya mereka hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah’.” lanjut putra Almaghfurlah KH. Imam Yahya Mahrus.
Menurut Gus Reza, cucu Almaghfurlah KH. Mahrus Aly Lirboyo, yang dimaksud orang mati di jalan Allah adalah para ulama, wali, dan orang-orang saleh. Ibnu Hajar al-Asqalani, pengarang Fathul Bari, yang dimakamkan di Kairo, Mesir, termasuk di antaranya. Hal ini juga ditegaskan Jalaluddin as-Suyuthi, bahwa mereka yang wafat di jalan Allah adalah para kekasih-Nya, para ulama, dan orang-orang saleh. Mereka masih hidup di alam kuburnya masing-masing, mendapatkan rezeki dan kenikmatan.
Syekh Zakariya al-Anshari, pengarang kitab Lubbul Ushul dan syarah Ghayatul Wushul, memiliki guru Ibnu Hajar al-Asqalani dan murid Ibnu Hajar al-Haitami. Ia berkata, ‘Aku ditempa oleh dua hajar (batu), yaitu Ibnu Hajar al-Asqalani sebagai guruku dan Ibnu Hajar al-Haitami sebagai muridku.’ Zakariya juga berguru kepada Jalaluddin al-Mahalli, yang memiliki murid Jalaluddin as-Suyuthi.
Di hadapan ribuan alumni, wali santri Lirboyo, dan masyarakat nahdliyin Brebes di Lapangan Desa Rengaspendawa, Gus Reza menegaskan bahwa haul ini menjadi sarana ber-alaqah ruhani dengan guru-guru kita, sehingga kita senantiasa mendapatkan keberkahan doa mereka. Ulama menyampaikan bahwa orang alim di alam kubur masih bisa mendoakan dan mengetahui apa yang terjadi di dunia.
“Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dalam keadaan sempurna dengan posisi tubuh yang paling tepat. Tangan, mata, dan kaki manusia diciptakan dalam bentuk yang sempurna. Tidak bisa kita bayangkan jika hidung berada di atas kepala, tentu akan repot ketika hujan. Setelah mati, manusia akan dikembalikan ke tempat paling rendah. Menurut ulama, yang dimaksud dengan paling rendah adalah neraka jahanam.
Namun, orang beriman dan beramal saleh akan diselamatkan dari neraka. Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Orang yang semasa hidupnya berbuat baik akan selalu dikenang. Kebaikannya dapat dirasakan siapa saja, bahkan oleh orang yang tuli dan buta,” jelas Gus Reza.
Tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Gus Reza menjelaskan bahwa peringatan ini sudah diselenggarakan sejak abad ke-2 Hijriah oleh seorang tokoh perempuan bernama Jurosyiyah, istri seorang raja. Ia bergembira ketika bulan Rabiulawal tiba dengan menyuguhkan makanan kepada orang-orang yang datang ke Madinah serta mengajak mereka bershalawat sebagai ungkapan cinta kepada Nabi. Dari kecintaannya itu, ia dikaruniai dua anak yang kelak menjadi raja pada masa Dinasti Abbasiyah.
“Kecintaan kepada Nabi Muhammad juga dipraktikkan oleh Sahabat Abu Bakar saat hijrah dan transit di Gua Tsur. Ia rela digigit ular demi menjaga Nabi yang sedang tidur di pangkuannya. Inilah cinta sejati,” kata Gus Reza.
Tentang mahabah (cinta) kepada Nabi Muhammad SAW, Gus Reza menjelaskan tahapan cinta dalam tasawuf: mencari kekasih (thalab), ingin mendekat (iqtiraab), selalu bersama (al-jam‘u), lebur dalam luapan cinta (fana), dan abadi dalam kecintaan (baqa). Semua itu adalah tahapan perjalanan menuju cinta sejati kepada Allah SWT.
Acara Haul Masyayekh Lirboyo dan Maulid Nabi ini dihadiri ribuan masyarakat Brebes, warga NU, alumni, serta wali santri Lirboyo pada Ahad, 31 Agustus 2025, bertepatan dengan 8 Rabiulawal 1447 H. Tampak hadir Ketua PW HIMASAL Jawa Tengah, KH. Nur Mahin Khudlori (Pengasuh Pesantren API Tegalrejo Magelang), Ketua PC HIMASAL Kabupaten Brebes KH. Hirin Dul Qornen, serta KH. Makdori sebagai imam tahlil. Hadir pula KH. Umar Mahmud (Dzurriyah Pondok Pesantren Gedungan, alumni Lirboyo), KH. Nuriddin Syamsudin (Pengasuh Pesantren Al-Hasaniyah Kedawon), dan KH. Athoilah Sofwan (Ketua MWC NU Larangan).